Yasinan Rutin dan Bedah Buku “Filosofi Teras”: Menguatkan Spiritualitas dan Intelektualitas Anggota Pramuka UIN Sunan Kalijaga

SLEMAN — Gerakan Pramuka UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar kegiatan Yasinan Rutin dan Bedah Buku pada Kamis, 23 Oktober 2025, bertempat di Sanggar Pramuka UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya penguatan spiritual dan intelektual anggota Pramuka melalui pendekatan religius dan literasi.

Kegiatan diawali dengan pembacaan Surah Yasin dan Tahlil yang dipimpin oleh Kak Faruq Akmal Ramadan, CD. Pembacaan ini menjadi bentuk pembinaan spiritual serta ungkapan doa bersama untuk keselamatan, keberkahan, dan mendoakan para pendahulu Pramuka UIN Sunan Kalijaga.

Usai Yasinan, kegiatan dilanjutkan dengan Bedah Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring, yang dibawakan oleh Kak Alif Rahman Mahfudz, S.Ag., D. Buku ini menarik untuk dikaji karena memuat nilai-nilai filsafat Stoikisme yang relevan dengan kehidupan modern serta dapat menjadi bahan refleksi dalam pembentukan karakter anggota muda.

Henry Manampiring menulis Filosofi Teras setelah melalui masa depresi dan kehilangan arah hidup. Dalam prosesnya, ia menemukan ajaran Stoikisme, sebuah filsafat hidup yang dikembangkan oleh para filsuf Yunani Kuno seperti Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius. Ajaran ini menekankan pentingnya berpikir rasional, tenang, dan fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan.

Konsep utama dalam Stoikisme adalah Dikotomi Kendali (Dichotomy of Control) membedakan antara hal-hal yang bisa dan tidak bisa kita kendalikan.

  • Yang bisa kita kendalikan: pikiran, opini, tindakan, dan reaksi terhadap peristiwa.
  • Yang tidak bisa kita kendalikan: pendapat orang lain, masa lalu, keberuntungan, atau kematian.

Adapun dalam praktiknya, terdapat empat prinsip dalam Stoikisme yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Amor Fati yaitu mencintai takdir yang hadir dalam hidup kita, baik suka maupun duka.
  2. Mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terburuk
  3. Berpikir maju dengan kesadaran bahwa kehidupan ini sementara dan singkat.
  4. Menjunjung kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan tindakan hidup lainnya, sebagai bentuk kendali diri dan kedewasaan berpikir.

Lebih jauh, Stoikisme bukanlah ajaran yang membuat seseorang menjadi pasif atau abai terhadap lingkungan sekitar. Justru sebaliknya, Stoikisme membantu individu untuk mengembangkan diri, memperbaiki diri, dan berkontribusi positif bagi sesama. Dengan mengendalikan diri dan berpikir jernih, seseorang dapat bertindak lebih bijak dan bermanfaat di tengah masyarakat.

Melalui kegiatan ini, Gerakan Pramuka UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berharap dapat menjadi wadah pembinaan spiritual, menumbuhkan semangat literasi, refleksi diri, dan memperluas wawasan bagi setiap anggotanya.

Penulis : Muh. Ali Musthofa Jamali